Selasa, 25 Juni 2013

Chanoyu



Halo semuaaaa....
Kali ini yang dibahas adalah tentang chanoyu, yuk mari disimakk !!! @. @
 


Chanoyu
Upacara minum teh adalah ritual tradisional minum teh ala Jepang yang disajikan untuk tamu. Chanoyu atau upacara minum teh disebut juga Sadou (茶道), Chadou artinya “jalan teh”. Dulu disebut Chatou atau Cha no yu (茶の湯). Chanoyu secara harafiah artinya “air panas untuk teh” yang asalnya dari kanji cha () atau teh dan yu () atau air panas.
Pada upacara minum teh Jepang, teh tidak hanya dituang air panas lalu diminum namun ada terdapat nilai seni dalam arti yang luas. Biasanya upacara minum teh ini diadakan di sebuah ruangan khusus yang disebut Chashitsu, ada juga yang diadakan di luar ruangan yang disebut Nodate. Untuk di Chashitsu terdapat beberapa barang, seperti kakejiku (lukisan dinding), chabana (bunga) dan mangkuk keramik yang disesuaikan dengan musim dan status tamu yang diundang. Dalam upacara minum teh terdapat cerminan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah tentang tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di Chashitsu. Upacara minum teh biasanya bisa berlangsung selama beberapa jam.
 


Chashitsu


SEJARAH CHANOYU (茶の湯の歴史)
Ketika Dinasti Tang..
Ada seorang ahli teh Dinasti Tang yang berasal dari Tiongkok, namanya adalah Lu Yu (Riku U) . Lu Yu adalah seorang penulis buku berjudul Ch'a Ching () atau Chakyō (Classic of Tea) “Ch'a Ching () atau Chakyō “ (Classic of Tea). Dalam buku ini terdapat hal mengenai sejarah, cara menanam teh, sejarah minum teh, cara membuat teh dan menikmati teh.

Ketika Zaman Heian..
Di Zaman Heian, setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim ke Dinasti Tang, produksi dan tadisi minum teh dimulai. Di zaman ini teh masih merupakan hasil fermentasi yang setengah matang. Dulu untuk membuat teh kita harus merebus teh ke dalam air panas. Penikmat teh pada saat itu masih terbatas sehingga upacara minum teh saat zaman ini belum populer.

Ketika Zaman Kamakura..
Ketika zaman ini ada dua pendeta Eisai dan Dogen yang datang ke Jepang untuk menyebarkan ajaran Zen dan memperkenalkan Matcha yang dibawanya dari Tiongkok sebagai obat, yang sebelumnya digunakan untuk ritual keagamaan di biara buddha Zen. Sejak saat itu ajaran Zen dan teh menjadi terkenal yang sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Matcha adalah teh yang berasal dari tanaman yang serupa dengan teh hitam, tapi Matcha tidak difermentasi, namun digiling sampai menjadi tepung. Matcha yang dibawa Eisai pada mulanya berupa bibit pohon teh yang ditanamnya di belakang kuil Kosan-ji di Uji dekat Kyoto. Eisai menularkan kebiasaan minum teh di China, lalu menggabungkan seni menyeduh teh dengan ajaran Zen dan menciptakan budaya minum teh yang berbeda dari budaya minum teh ala China. Sejalan dengan banyaknya penikmat teh, penanaman teh dilakukan dimana-mana. 



Matcha

Ketika Zaman Muromachi..
Di zaman ini berkembang  suatu permainan tebak menebak tempat asal air yang diminum yang disebut Tousui, lalu menjadi populer sebagai judi yang disebut Toucha, dimana permainan ini berkembang menjadi tebak-tebakan nama merek teh yang diminum. Saat itu perangkat minum teh Dinasti Tang cukup mahal. Untuk membeli perangkat dari Tiongkok tersebut kita harus mengeluarkan uang lebih. Di kalangan Daimyo acara minum teh menjadi popular, acara itu diadakan dengan mewah dengan menggunakan perangkat minum teh dari Tiongkok. Acara itu dikenal dengan Karamono Suki. Namun acara itu ditentang oleh nenek moyang ahli minum teh, Murata Jukou yang menentang minuman keras dan judi dalam acara minum teh. Murata Jukou berpendapat, kalau acara minum teh harus merupakan sarana pertukaran pengalaman spiritual antara pihak tuan rumah dengan pihak yang menjadi tamu. Murata Jukou memperkenalkan acara minum teh yang merupakan asal usul upacara minum teh aliran Wabicha.

Ketika Zaman Azuchi Momoyama..
Di zaman ini Wabicha yang sebelumnya diperkenalkan oleh Murata Jukou mengalami perkembangan, Wabicha dikembangkan oleh seorang pedagang sukses dari kota Sakai yang bernama Takeno Shōō dan disempurnakan oleh murid (denshi) yang bernama Sen no Rikyū. Sen no Rikyū merupakan seorang ahli teh untuk Oda Nobunaga, seorang samurai penguasa Jepang yang sangat menggemari Chanoyu. Wabicha ala Rikyū menjadi populer di kalangan samurai dan melahirkan murid-murid terkenal seperti Gamō Ujisato, Hosokawa Tadaoki, Makimura Hyōbu, Seta Kamon, Furuta Shigeteru, Shigeyama Kenmotsu, Takayama Ukon, Rikyū Shichitetsu. Sen no Rikyū menyempurnakan seni minum teh Jepang dan memperkenalkan beberapa aliran upacara minum teh yang ada sampai sekarang seperti Urasenke, Omotesenke, dan Mushanokoujisenke. Dari Wabicha muncul aliran-aliran baru yang dipimpin oleh beberapa Daimyo. Dalam upacara minum teh Sen no Rikyū membuat empat prinsip dasar yang merupakan filosofi dalam Chanoyu yaitu konsep wa () yang artinya keharmonisan/ kedamaian manusia, kei() yang artinya rasa hormat (hormat kepada yang lebih tua, rasa kasih sayang kepada teman atau orang yang lebih muda), sei () yang artinya kemurnian, kebersihan, kebenaran juga melambangkan hati manusia yang tenang dan santai (wabi,sabi), dan yang terakhir jaku() yang artinya ketenangan, hal yang paling utama dari Chado, dimana setelah ketiga konsep tersebut didapatkan, makan konsep yang lain akan terpenuhi.

Ketika awal Zaman Edo..
Pada zaman ini ahli minum teh masih terbatas pada kalangan Daimyo dan pedagang yang kaya.

Ketika pertengahan Zaman Edo..
Penduduk kota yang ekonominya sukses dan membentuk kalangan menengah atas secara bersama menjadi peminat upacara minum teh. Para peminat disambut oleh aliran Sansenke (Urasenke, Omotesenke, dan Mushanokoujisenke) dan pecahan aliran Senke. Upacara minum teh yang populer menyebabkan banyak orang sehingga dibuatlah suatu aturan dan sistem. Peraturan itu disebut dengan Iemoto Seido, Iemoto Seido adalah peraturan yang lahir dari kebutuhan mengatur hirarki antara guru dan murid dalam seni tradisional Jepang. Guru generasi ke-7 aliran Omotesenke dan guru generasi ke-8 aliran Urasenke Joshinsai dan Yūgensai serta Kawakami Fuhaku (Edosenke generasi pertama) kemudian memperkenalkan metode baru belajar upacara minum teh yang disebut Shichijishiki. Dengan metode ini banyak murid dapat mempelajari upacara minum teh secara bersama-sama. Berbagai aliran upacara minum teh berusaha menarik minat semua orang untuk belajar upacara minum teh, sehingga upacara minum teh makin populer di seluruh Jepang. Upacara minum teh yang semakin populer di kalangan rakyat juga berdampak buruk terhadap upacara minum teh yang mulai dilakukan tidak secara serius seperti sedang bermain-main. Sebagian guru upacara minum teh berusaha mencegah kemunduran dalam upacara minum teh dengan menekankan pentingnya nilai spiritual dalam upacara minum teh. Pada waktu itu, kuil Daitokuji yang merupakan kuil sekte Rinzai berperan penting dalam memperkenalkan nilai spiritual upacara minum teh sekaligus melahirkan prinsip Wakeiseijaku yang berasal dari upacara minum teh aliran Rikyū. Pada akhir masa keshogunan Tokugawa, Ii Naosuke menyempurnakan prinsip Ichigo Ichi’e” yang artinya satu kehidupan, satu kesempatan. Pada masa sekarang, upacara minum teh dikenal dengan berhasil disempurnakan dengan penambahan prosedur sistematis yang riil seperti otemae (teknik persiapan, penyeduhan, penyajian teh) dan masing-masing aliran menetapkan gaya serta dasar filosofi yang bersifat abstrak.

Ketika akhir Zaman Edo..
Ketika zaman ini upacara minum teh memakai Matcha yang disempurnakan oleh kalangan samurai namun upacara ini menjadi tidak popular karena adanya tata karma yang kaku. Umumnya orang-orang menginginkan upacara minum teh yang santai yang biasa dinikmati sehari hari karena itu orang-orang mulai tertarik dengan Sencha. Sencha adalah teh hijau paling umum yang ditemukan di Jepang, yang berasal dari daun teh yang terkena sinar matahari secara langsung, tapi beda dengan Matcha teh ini tidak dilalui proses penggilingan. Sencha akan lebih enak dinikmati panas-panas pada cuaca yang dingin.


Sencha
Karena banyak orang yang menginginkan hal itu, pendeta Baisaō yang dikenal juga sebagai Kō Yūgai menciptakan aliran upacara minum teh dengan sencha (Senchadō) yang menjadi mapan dan populer di kalangan sastrawan.

Sekian tentang sejarah Chanoyu.. ^0^



Sumber : wikipedia, thesis.binus.ac.id, kisah & khasiat teh hal (37- 40), heric-ajha.blogspot.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar